
Taqobbalallaahu minna wa minkum, Shiyamana wa shiyamakum, kullu amin wa antum bi khoir, Ana uhibbuki Fillah.
Seperti Kapolda yang penasaran, penulis juga mencoba cari tahu asyiknya perjalanan mudik yang selama ini hanya lihat, baca dan mendengar dari media cetak dan elektronik. Sebenarnya tahu kah pembaca bahwa Mudik berasal dari sandi kata bahasa Jawa ngoko yaitu mulih dilik yang berarti pulang sebentar, kenapa mudik bukan pulseb, langtar atau multong (mulak satongkin), wallahu a’lam bish-shawabi.
Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang hari raya lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Perjalanan arus balik Lebaran 1435 H ini penulis nikmati dengan keluarga mulai dari Bandung ke Jogyakarta. Sejak berangkat pukul 10.00 pagi pada lebaran hari kedua, mulai dari jalan tol Cileunyi sudah terlihat animo masyarakat bermudik ria impit impitan dalam kenderaan yang mengangkut pemudik. Perjalanan tersendat bahkan kederaan tak bergerak sama sekali menambah ramainya silaturahim sesama pemudik dengan saling sapa, ngobrol, menawarkan makanan ringan. Di sisi lain keriuhan mudik ini juga bisa memutus silaturahim baik sesama pemudik, pemudik dengan petugas pengatur lalu lintas bahkan pemudik dengan orang yang membawanya (pengemudi). Tidak jarang terlihat pengemudi kenderaan yang tidak sabar menjadi pengatur lalu lintas sendiri merubah alur yang telah ditetapkan oleh petugas lalu lintas baik dari satuan polisi lalu lintas maupun dari satuan dinas perhubungan darat. Akibatnya jalan raya dipenuhi oleh alur alur kenderaan hingga ke bahu jalan, maju kena mundur kena alias macet total, umpatan, teriakan dan hardikan pun mulai bermunculan padahal sehari sebelumnya sehabis mendengarkan khotbah Ied umat yang sama dengan segala kerendahan hati dengan santunnya mengucapkan Taqobbalallaahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan bathin. Artinya SIKON (situasi dan kondisi) sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku dan fungsi mental sebagian besar manusia, kecuali umat yang benar benar taqwa yang berhati hati dalam menjalani hidup sesuai petunjuk allah yaitu orang yang melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya sehingga mampu membentang tabir penjaga antara dirinya dan neraka. Mudik yang di lakukan dengan segala daya dan upaya dengan tujuan mulia ini sepertinya juga tercemar oleh proses pra dan pasca mudik. Pra mudik, ada capem (calon pemudik) telah habis habisan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk dibawa mudik, sebaliknya Pasca mudik dia sudah tidak punya apa apa lagi yang bisa diandalkan sehingga tidak jarang menyusahkan orang lain.
Seiring dengan tersendat sendatnya laju kenderaan, maka waktu tempuh pun menjadi lama sehingga harapan tiba di tujuan pada hari itupun sirna sudah. Berdasarkan pantauan para pedagang asongan yang pada saat itu banyak membantu memenuhi kebutuhan pemudik seperti air mineral, cemilan dan rokok hari H+1 ini memang arus mudik luar biasa padatnya, ungkap mereka. Menjelang pukul 20.00 kami baru memasuki daerah Tasikmalaya dan mencoba mencari tempat istirahat, namun apa daya semua hotel, losmen atau apapun namanya pol polan alias penuh. Oleh karena itu perjalanan dilanjutkan sambil melototi papan nama atau neon box hotel sepanjang jalan yang dilalui hingga tiba di Kebumen di hari berikutnya jam 02.30 dini hari, setelah mutar mutar cari hotel akhirnya dapat satu kamar tanpa AC di Jalan Pemuda yang kami isi lima orang anak beranak......kapok!, bayangkan Bandung ke kota Kebumen ditempuh dalam waktu lebih 15 jam. Setelah melepas lelah sejenak, kami pun bergegas meneruskan perjalanan pokoknya Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang bak seorang satria anak ku pun yang bawa mobil dan kami yang di dalamnya larut dengan suasana pagi yang cerah penuh dengan kenderaan disana sini yang maju sebentar berhenti berkepanjangan. Namun semua itu tiada artinya, terlihat dari roman muka atau wajah pemudik yang penting bisa mudik walau sansaro badan kata orang awak, tidak perduli naik apa, kenapa dan dimana. Situasi dan kondisi mobil mogok, antrian panjang, naik mobil bak terbuka, naik motor barang, naik motor, naik sepeda, batuan sukarelawan atur lalin, WC umum seadanya hingga pakaian kotor numpuk tidak menjadi kendala untuk mudik. (sumber wikipedia dan liputan pribadi jeenes)
Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang hari raya lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Perjalanan arus balik Lebaran 1435 H ini penulis nikmati dengan keluarga mulai dari Bandung ke Jogyakarta. Sejak berangkat pukul 10.00 pagi pada lebaran hari kedua, mulai dari jalan tol Cileunyi sudah terlihat animo masyarakat bermudik ria impit impitan dalam kenderaan yang mengangkut pemudik. Perjalanan tersendat bahkan kederaan tak bergerak sama sekali menambah ramainya silaturahim sesama pemudik dengan saling sapa, ngobrol, menawarkan makanan ringan. Di sisi lain keriuhan mudik ini juga bisa memutus silaturahim baik sesama pemudik, pemudik dengan petugas pengatur lalu lintas bahkan pemudik dengan orang yang membawanya (pengemudi). Tidak jarang terlihat pengemudi kenderaan yang tidak sabar menjadi pengatur lalu lintas sendiri merubah alur yang telah ditetapkan oleh petugas lalu lintas baik dari satuan polisi lalu lintas maupun dari satuan dinas perhubungan darat. Akibatnya jalan raya dipenuhi oleh alur alur kenderaan hingga ke bahu jalan, maju kena mundur kena alias macet total, umpatan, teriakan dan hardikan pun mulai bermunculan padahal sehari sebelumnya sehabis mendengarkan khotbah Ied umat yang sama dengan segala kerendahan hati dengan santunnya mengucapkan Taqobbalallaahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan bathin. Artinya SIKON (situasi dan kondisi) sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku dan fungsi mental sebagian besar manusia, kecuali umat yang benar benar taqwa yang berhati hati dalam menjalani hidup sesuai petunjuk allah yaitu orang yang melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya sehingga mampu membentang tabir penjaga antara dirinya dan neraka. Mudik yang di lakukan dengan segala daya dan upaya dengan tujuan mulia ini sepertinya juga tercemar oleh proses pra dan pasca mudik. Pra mudik, ada capem (calon pemudik) telah habis habisan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk dibawa mudik, sebaliknya Pasca mudik dia sudah tidak punya apa apa lagi yang bisa diandalkan sehingga tidak jarang menyusahkan orang lain.
Seiring dengan tersendat sendatnya laju kenderaan, maka waktu tempuh pun menjadi lama sehingga harapan tiba di tujuan pada hari itupun sirna sudah. Berdasarkan pantauan para pedagang asongan yang pada saat itu banyak membantu memenuhi kebutuhan pemudik seperti air mineral, cemilan dan rokok hari H+1 ini memang arus mudik luar biasa padatnya, ungkap mereka. Menjelang pukul 20.00 kami baru memasuki daerah Tasikmalaya dan mencoba mencari tempat istirahat, namun apa daya semua hotel, losmen atau apapun namanya pol polan alias penuh. Oleh karena itu perjalanan dilanjutkan sambil melototi papan nama atau neon box hotel sepanjang jalan yang dilalui hingga tiba di Kebumen di hari berikutnya jam 02.30 dini hari, setelah mutar mutar cari hotel akhirnya dapat satu kamar tanpa AC di Jalan Pemuda yang kami isi lima orang anak beranak......kapok!, bayangkan Bandung ke kota Kebumen ditempuh dalam waktu lebih 15 jam. Setelah melepas lelah sejenak, kami pun bergegas meneruskan perjalanan pokoknya Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang bak seorang satria anak ku pun yang bawa mobil dan kami yang di dalamnya larut dengan suasana pagi yang cerah penuh dengan kenderaan disana sini yang maju sebentar berhenti berkepanjangan. Namun semua itu tiada artinya, terlihat dari roman muka atau wajah pemudik yang penting bisa mudik walau sansaro badan kata orang awak, tidak perduli naik apa, kenapa dan dimana. Situasi dan kondisi mobil mogok, antrian panjang, naik mobil bak terbuka, naik motor barang, naik motor, naik sepeda, batuan sukarelawan atur lalin, WC umum seadanya hingga pakaian kotor numpuk tidak menjadi kendala untuk mudik. (sumber wikipedia dan liputan pribadi jeenes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar